Minggu, 27 April 2014

Pendakian Pertama Bersama Kawan-kawan ke Gunung Gede

               Hari-hari saya jalani seperti biasa, sama halnya dengan pelajar lain yang sangat senang jika mendengar “Besok libur.” Kegembiraan yang saya rasakan sama seperti mereka, apalagi disaat dapat libur di hari sekolah, yaitu adanya tanggal merah, serasa waktu libur bertambah, apalagi tanggal merahnya di hari jumat. Wah, jadi libur 3 hari nih. Dibalik semua itu, wali kelas saya sudah merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu libur itu.
                Kegiatan yang dilakukan wali kelas saya adalah, mengajak sebagian siswa kelas 8 putra yang tertarik ikut mendaki ke Gunung Gede, di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Memang tidak banyak yang ikut, tapi lumayan lah ada sekitar 13 orang yang ikut kesana. Yaitu, saya, Arfan, Dwiki, Langgeng, Putra, Andika, Ageng, Aziz, Rafli, Rakha, Aldo, Naufal, & Mufti. Ada 3 orang guru, yaitu pak Asep, pak Eka, & pak Imat. Kita juga di dampingi om Sugeng, om Yudho, & om Dian.
                Persiapan demi persiapan dilakukan sebelum keberangkatan, pengarahan lokasi dan bekal pun sudah dilakukan. Hari Kamis, 17 April 2014, kita masuk seperti biasa, sampai pelajaran terakhir. Setelah bel berbunyi, anak-anak bergegas pulang ke rumah mengambil perlengkapan yang belum di kumpulkan. Pak Asep bilang, “Kita kumpul lagi jam 3, sebelum ashar, kita ashar dulu, baru berangkat.” Setelah semua pulang, kita berkumpul lagi jam 3. Kita memasukan barang ke mobil yang sudah disediakan.
                Setelah semua siap, kita kumpul di masjid untuk sholat ashar terlebih dahulu, serta pengarahan terkahir dari om Sugeng. Semua anak sholat dengan khusyuk demi keselamatan selama perjalanan. Setelah semua selesai sholat, om Sugeng memberikan pengarahannya. Disitu kita berdoa bersama, dan menyatukan tangan serta berteriak, “EGEN ? PASAF-ONE !” yang artinya, Pecinta Alam SMPIT Al-Fatih 1.
                Semua persiapan dan pengarahan pun selesai, anak-anak dan pak Asep berdiri depan gerbang Al-Fatih untuk berfoto bersama. Kita semua menyatukan seragam dengan menggunakan jaket EGEN.
10247322_475345959261601_5460074541073150173_n.jpg
                Keberangkatan pun dimulai, semua anak berpamitan dengan orang tua mereka. Saya sendiri pamit sama mamah, saya salim dan cium kening & pipi mamah saya sebelum berangkat, dan minta doa supaya saya dan kawan-kawan selamat selama perjalanan. Anak-anak pun masuk kedalam bis, kemudian berdoa bersama di dalam bis. Bis pun berangkat.
                Selama perjalanan di sore hari itu, awalnya lancar, sesampainya di Ibu Kota, seperti biasa, macet pun melanda, kita terjebak macet cukup lama, yang menghambat kedatangan kita ke sana. Maghrib pun tiba, karna sudah mepet, kita memutuskan sholat di rest area. Setelah sholat maghrib & isya, kita melanjutkan perjalanan. Perjalanan alhamdulillah lancar, sesampainya di bogor ada hal yg tidak di duga-duga terjadi. Aldo mengalami gangguan kesehatan, ia mual-mual. Kita memutuskan berhenti di minimarket sejenak, kemudian melanjutkan perjalannya kembali.
                Akhirnya kita pun tiba, meskipun meleset jauh dari waktu yang di targetkan sebelumnya. Kita sampai disana sekitar pukul 23:00. Kita rest di kaki gunung, dan menyiapkan fisik untuk langsung mendaki.
 







































                Pendakian dimulai, semua pasukan bergegas membawa tas mereka. Berkumpul untuk berdoa demi keselamatan selama pendakian, dan pembekalan tentang hutan. Kita mulai mendaki pukul 1 malam, dibawah suhu dingin. Semua mengenakan jaket, sarung tangan serta kupluk yang disarankan untuk mencegah kedinginan selama pendakian.
                Satu persatu dari kita melangkah naik, dengan target hanya satu, yaitu PUNCAK. Langkah demi langkah terus kita lewati. Kita hanya boleh istirahat sekitar 5 menit setiap kali istirahat, ditengah malam, dan di tengah dinginnya udara, kita menelusuri jalan yang dikelilingi hutan dengan pepohonan besar. Suara sunyi terdengar dimana-mana.
                Hanya para pendaki lain yang menemani langkah kami semua. Setiap kita lewat atau di lewati pendaki lain, kita saling menyapa sesama pendaki. Disini mulai terlihat keasyikan mendaki, bisa bercengkrama dengan sesama pendaki lainnya. Belum setengah perjalanan, kita memutuskan istirahat di salah satu bangunan dekat air jalan menuju air terjun. Dan setelah itu kita melanjutkan pendakian.
                Pendakian berlanjut, hingga pagi menjelang. Kita memutuskan untuk sholat subuh dahulu, karna tidak ada air kita sholat dengan tayamum. Kita sholat di tengah heningnya suasana hutan yang asri.

                Kita kembali melanjutkan perjalanan, setelah semua selesai sholat subuh. Pos demi pos sudah kita lewati, matahari mulai terbit menyongsong pagi. Hangatnya sinar matahari menghilangkan hawa dingin semalam. Satu persatu membuka jaketnya. Selama perjalanan kiri kanan dikelilingi pohon yang rindang.
                Kita melanjutkan perjalanan, kanan kiri semak belukar. Melewati bebatuan yang licin, bukan penghalangan bagi semangat kami menuju puncak. Langkah demi langkah tetap kita lewati.  Kita melewati jalur air panas, yang di bawahnya adalah jurang, hanya di bekali tali yang menggantung sepanjang jalan untuk kita berpegangan. Alhamdulillah kita sampai di tempat mata air panas, kita beristirahat disana. Dan memutuskan untuk memasak sarapan untuk menambah energi.
                Selagi sebagian memasak, sebagian lagi memutuskan untuk menghilangkan kantuk dan lelah, dengan berendam air panas, dan mencuci muka. Kita istirahat disana cukup lama, karna kita semua makan, untuk menambah energi, agar bisa terus melanjutkan pendakian. Setalh semua selesai kita berangkat kembali melanjutkan pendakian.

                Pendakian pun berlanjut setelah semua sarapan pagi dan istirahat di tempat air panas. Dengan energi yang sudah pulih, badan kembali bersemangat untuk mendaki ke atas, dengan tujuan meggapai puncak yang di targetkan.
Karna pada saat itu hari jumat, kita memutuskan untuk mencari tempat sholat jumat. Kita berhenti di tempat camp yang bernama, kandang badak. Disana banyak pendaki yang membuat tenda untuk istirahat. Bbeberapa dari kami memutuskan sholat jumat, dan ada yang tidak, karna faktor kelelahan. Saya sama teman saya, tidak tahan menahan buang air kecil, akhirnya mau tak mau kita mencari MCK.
                Beruntung disana terdapat MCK seadanya, kami kencing di aliran sungai kecil yang mengalir. Kita kencing berbarengan, dan bersebelahan, karna saking tidak tahannya. Kita kemudian membasuhnya dengan daun, karna tidak ada keran disana, dan air jauh dari tempat kita buang air kecil. Kemudian kita menghampiri sumber mata airnya, saya kira airnya biasa-biasa saja, ternyata, sungguh luar biasa, air yang saya pegang sangat jos, dingin sekali. Seperti air es yang di dalam kulkas, membuat tangan serasa beku dan mati rasa.  Kita cuci muka dengan air itu, dan mengambil wudhu untuk sholat dzuhur dan menjamak sholat ashar.


                Setelah sembahyang jumat & dzuhur, semua kembali bergegas berangkat melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dengan semangat yang masih membara dari anak-anak, kita melangkah penuh semangat agar cepat sampai target yang ingin di capai.
                Rute jalan semakin sulit, karna jalan yang kita lewati semakin menanjak, hanya bermodalkan berpegangan pada pohon-pohon dan ranting-ranting, kita mendaki. Perasaan lelah mudah terasa, karna medan yang memang cukup berat, terlebih membawa tas besar dan air dari mata air terakhir yaitu di kandang badak tadi, untuk bekal selama di puncak, karna di sana tidak terdapat mata air. Badan mulai terasa pegal, karna menahan beban tas yang berat.
                Istirahat sesekali untuk menghilangkan pegal, kemudian melanjutkannya lagi. Karna ingin cepat sampai, anak-anak terus berteriak, “Sebentar lagi, lima menit lagi kita sampai.” Padahal itu semua masih jauh, tapi demi menjadi motivasi agar terus mendaki. Pohon demi pohon kita pegang sebagai tumpuan.
                Cuaca yang tadinya cerah, perlahan mulain berkabut. Yang di khawatirkan anak-anak adalah, hujan deras yang membuat rute menjadi licin, dan membuat udara menjadi makin dingin. Hal yang tidak diinginkan pun terjadi, hujan turun dengan derasnya, beruntung membawa jas hujan. Namun itu semua tidak cukup, karna tetap saja terkena basah.
                Tangan, kaki, badan perlahan basah. Membuat sekujur badan terasa kaku dan menggigil, tapi kita harus terus melangkah dengan keadaan basah kuyup. Sebagian dari kami, harus berhenti karna tidak kuat dengan dinginnya udara, mereka mengigil kedinginan, tapi mau tidak mau, harus terus berjalan, jangan sampai kita beku kedinginan, karna bahaya, akhirnya karna hujan mulai reda dan melihat kondisi anak-anak basah kuyup, semua memutuskan berhenti dan membuat tenda dengan jas hujan, kemudian memasak air panas untuk menghilangkan rasa beku di tangan.
                Setelah kondisi badan mulai normal, kita mengganti pakaian basah dengan pakain yang kering, demi menghindari resiko masuk angin atau menggigil lagi. Tapi tetap saja, dingin tetap terasa, tapi tidak menyurutkan ambisi untuk menggapai puncak. Satu persatu trek dan jalur sulit dilewati, jalur semakin licin, kita harus berpegangan pada tangkai & akar-akar pohon. Jarak pandang yang terbatas karna kabut, mengharuskan kita berhati-hati agar tidak jatuh ke jurang.
                Cahaya terang mulai terlihat, seperti ada semangat tambahan, bahwa yang saya lihat itu adalah puncaknya. Langkah semakin bersemangat, namun harus tetap berhati-hati. Alhamdulillah, saya, menjadi yang pertama sampai diatas bersama dwiki & arfan. Rasa dingin semakin terasa, membuat semua harus bergegas mendirikan tenda.
                Tenda semua sudah siap, posisi seluruh tubuh sudah kedinginan, kita harus istirahat dan menghangatkan tubuh. Semua masuk kedalam tenda, berdempet-dempetan agar hangat. Kita semua tertidur, hingga akhirnya saya terbangun, dan bertanya, “Pak Ekaaaaaaa, ini jam berapa?” Pak eka, “ Jam 00:sekian, berarti jam berapa yah.” Saya, “Wah buuset, masih tengah malem.” Tanpa saya sadar, mungkin sambil ngelindur, pak Eka menawari saya roti, dan saya makan.
                Akhirnya semua pun tertidur kembali. Mata pun mulai terbuka, melihat sinar cahaya matahari, yang menandakan bahwa pagi menjelang. Senyuman mulai merekah di raut wajah, melihat sinar mentari. Semua bergegas lari keluar tenda ingin melihat suasana diluar, alhamdulillah pagi yang cerah menyambut kami. Tepatnya pukul 5 pagi, semua keluar tenda menyaksikan matahari terbit, dan tak lupa menyiapkan kamera untuk mengabadikan moment, kami mengambil bendera yang telah kami siapkan untuk foto diatas puncak. Dan saya mengambil spidol, serta kain yang ingin saya tulisankan sebuah kata, untuk orang-orang yang saya cintai. Yaitu kedua orang tua saya, dan...
                Semua berfoto, semua terharu, tersenyum bahagia, melepaskan semua rasa penat, lelah, capek, dingin, yang terbayarkan semua dengan keindahan pemandangan puncak Gunung Gede di pagi hari yang didampingi matahari terbit yang begitu indah, membayar lunas semua perjuangan yang kami lakukan selama mendaki. Semua mengabadikan moment-moment tersebut di dalam jepretan foto.




                Setelah semua puas dengan berfoto-foto, alhamdulillah semua merasa puas, saya jujur, sangat menikmati keindahan ciptaan Allah swt. Yang maha indah ini. Saya merasa tidak ingin pulang, tapi mau gimana lagi, saya harus tetap pulang, karna ada orang tua saya yang menunggu di rumah.
                Semua bergotong-royong merapihkan tenda, dan membereskapn semua perlengkapan, dan berjalan turun menuruni  rute kemarin. Masih sama semua berjalan dengan menahan beban tas yang makin terasa disaat berjalan turun. Tapi langkah demi langkah akhirnya menyampaikan kita sampai di kaki gunung kembali.
                Dengan perasaan sukur, bisa turun kembali dengan selamat, semua langsung menghampiri rumah makan yang ada di kaki gunung untuk mengisi perut yang lapar. Saya makan mie, tadinya niat untuk menghemat uang, tapi karna tak tahan, saya memesan kembali, nasi goreng dan bakwan. Saya makan dengan lahapnya.
                Sampai semuanya selesai dengan makanannya, kemudian kita semua memasukan barang ke dalam bis, dan bersiap  untuk perjalanan pulang. Dengan badan yang sudah letih, kita mulai menaiki bis satu per satu. Dan selama perjalanan, kita semua perlahan tertidur. Tanpa sadar, perjalanan yang sebenarnya cukup jauh menjadi tidak terasa. Akhirnya kita semua sampai kembali ke tempat kita berangkat, yaitu sekolah, pada sekitar pukul 2 malam.

                Semua orang tua siswa, menjeput mereka. Kecuali saya, karna saya rumahnya dekat. Saya langsung pamit kepada pak Asep, dan berjalan pulang ke rumah menemui orang tua. Alhamdulillah ini merupakan pengalaman terbesar saya, mendaki gunung. Kedepannya, saya bermimpi, SMA nanti atau kuliah, saya ingin mendaki puncak Semeru. Semoga impian saya tercapai, amin. Selesai~