Hari-hari
saya jalani seperti biasa, sama halnya dengan pelajar lain yang sangat senang
jika mendengar “Besok libur.” Kegembiraan yang saya rasakan sama seperti
mereka, apalagi disaat dapat libur di hari sekolah, yaitu adanya tanggal merah,
serasa waktu libur bertambah, apalagi tanggal merahnya di hari jumat. Wah, jadi
libur 3 hari nih. Dibalik semua itu, wali kelas saya sudah merencanakan
kegiatan untuk mengisi waktu libur itu.
Kegiatan
yang dilakukan wali kelas saya adalah, mengajak sebagian siswa kelas 8 putra
yang tertarik ikut mendaki ke Gunung Gede, di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Memang tidak banyak yang ikut, tapi lumayan lah ada sekitar 13 orang
yang ikut kesana. Yaitu, saya, Arfan, Dwiki, Langgeng, Putra, Andika, Ageng,
Aziz, Rafli, Rakha, Aldo, Naufal, & Mufti. Ada 3 orang guru, yaitu pak
Asep, pak Eka, & pak Imat. Kita juga di dampingi om Sugeng, om Yudho, &
om Dian.
Persiapan
demi persiapan dilakukan sebelum keberangkatan, pengarahan lokasi dan bekal pun
sudah dilakukan. Hari Kamis, 17 April 2014, kita masuk seperti biasa, sampai
pelajaran terakhir. Setelah bel berbunyi, anak-anak bergegas pulang ke rumah
mengambil perlengkapan yang belum di kumpulkan. Pak Asep bilang, “Kita kumpul
lagi jam 3, sebelum ashar, kita ashar dulu, baru berangkat.” Setelah semua
pulang, kita berkumpul lagi jam 3. Kita memasukan barang ke mobil yang sudah
disediakan.
Setelah
semua siap, kita kumpul di masjid untuk sholat ashar terlebih dahulu, serta
pengarahan terkahir dari om Sugeng. Semua anak sholat dengan khusyuk demi
keselamatan selama perjalanan. Setelah semua selesai sholat, om Sugeng
memberikan pengarahannya. Disitu kita berdoa bersama, dan menyatukan tangan
serta berteriak, “EGEN ? PASAF-ONE !” yang artinya, Pecinta Alam SMPIT Al-Fatih
1.
Semua
persiapan dan pengarahan pun selesai, anak-anak dan pak Asep berdiri depan
gerbang Al-Fatih untuk berfoto bersama. Kita semua menyatukan seragam dengan
menggunakan jaket EGEN.
Keberangkatan
pun dimulai, semua anak berpamitan dengan orang tua mereka. Saya sendiri pamit
sama mamah, saya salim dan cium kening & pipi mamah saya sebelum berangkat,
dan minta doa supaya saya dan kawan-kawan selamat selama perjalanan. Anak-anak
pun masuk kedalam bis, kemudian berdoa bersama di dalam bis. Bis pun berangkat.
Selama
perjalanan di sore hari itu, awalnya lancar, sesampainya di Ibu Kota, seperti
biasa, macet pun melanda, kita terjebak macet cukup lama, yang menghambat
kedatangan kita ke sana. Maghrib pun tiba, karna sudah mepet, kita memutuskan
sholat di rest area. Setelah sholat maghrib & isya, kita melanjutkan
perjalanan. Perjalanan alhamdulillah lancar, sesampainya di bogor ada hal yg
tidak di duga-duga terjadi. Aldo mengalami gangguan kesehatan, ia mual-mual.
Kita memutuskan berhenti di minimarket sejenak, kemudian melanjutkan
perjalannya kembali.
Akhirnya
kita pun tiba, meskipun meleset jauh dari waktu yang di targetkan sebelumnya.
Kita sampai disana sekitar pukul 23:00. Kita rest di kaki gunung, dan
menyiapkan fisik untuk langsung mendaki.
Pendakian
dimulai, semua pasukan bergegas membawa tas mereka. Berkumpul untuk berdoa demi
keselamatan selama pendakian, dan pembekalan tentang hutan. Kita mulai mendaki
pukul 1 malam, dibawah suhu dingin. Semua mengenakan jaket, sarung tangan serta
kupluk yang disarankan untuk mencegah kedinginan selama pendakian.
Satu
persatu dari kita melangkah naik, dengan target hanya satu, yaitu PUNCAK.
Langkah demi langkah terus kita lewati. Kita hanya boleh istirahat sekitar 5
menit setiap kali istirahat, ditengah malam, dan di tengah dinginnya udara,
kita menelusuri jalan yang dikelilingi hutan dengan pepohonan besar. Suara
sunyi terdengar dimana-mana.
Hanya
para pendaki lain yang menemani langkah kami semua. Setiap kita lewat atau di
lewati pendaki lain, kita saling menyapa sesama pendaki. Disini mulai terlihat
keasyikan mendaki, bisa bercengkrama dengan sesama pendaki lainnya. Belum
setengah perjalanan, kita memutuskan istirahat di salah satu bangunan dekat air
jalan menuju air terjun. Dan setelah itu kita melanjutkan pendakian.
Pendakian
berlanjut, hingga pagi menjelang. Kita memutuskan untuk sholat subuh dahulu,
karna tidak ada air kita sholat dengan tayamum. Kita sholat di tengah heningnya
suasana hutan yang asri.
Kita kembali melanjutkan perjalanan, setelah semua selesai sholat subuh. Pos demi pos sudah kita lewati, matahari mulai terbit menyongsong pagi. Hangatnya sinar matahari menghilangkan hawa dingin semalam. Satu persatu membuka jaketnya. Selama perjalanan kiri kanan dikelilingi pohon yang rindang.
Kita
melanjutkan perjalanan, kanan kiri semak belukar. Melewati bebatuan yang licin,
bukan penghalangan bagi semangat kami menuju puncak. Langkah demi langkah tetap
kita lewati. Kita melewati jalur air
panas, yang di bawahnya adalah jurang, hanya di bekali tali yang menggantung
sepanjang jalan untuk kita berpegangan. Alhamdulillah kita sampai di tempat
mata air panas, kita beristirahat disana. Dan memutuskan untuk memasak sarapan
untuk menambah energi.
Selagi sebagian memasak,
sebagian lagi memutuskan untuk menghilangkan kantuk dan lelah, dengan berendam
air panas, dan mencuci muka. Kita istirahat disana cukup lama, karna kita semua
makan, untuk menambah energi, agar bisa terus melanjutkan pendakian. Setalh
semua selesai kita berangkat kembali melanjutkan pendakian.
Pendakian pun berlanjut setelah
semua sarapan pagi dan istirahat di tempat air panas. Dengan energi yang sudah
pulih, badan kembali bersemangat untuk mendaki ke atas, dengan tujuan meggapai
puncak yang di targetkan.
Karna pada saat itu hari
jumat, kita memutuskan untuk mencari tempat sholat jumat. Kita berhenti di
tempat camp yang bernama, kandang badak. Disana banyak pendaki yang membuat
tenda untuk istirahat. Bbeberapa dari kami memutuskan sholat jumat, dan ada
yang tidak, karna faktor kelelahan. Saya sama teman saya, tidak tahan menahan
buang air kecil, akhirnya mau tak mau kita mencari MCK.
Beruntung
disana terdapat MCK seadanya, kami kencing di aliran sungai kecil yang
mengalir. Kita kencing berbarengan, dan bersebelahan, karna saking tidak
tahannya. Kita kemudian membasuhnya dengan daun, karna tidak ada keran disana,
dan air jauh dari tempat kita buang air kecil. Kemudian kita menghampiri sumber
mata airnya, saya kira airnya biasa-biasa saja, ternyata, sungguh luar biasa,
air yang saya pegang sangat jos, dingin sekali. Seperti air es yang di dalam
kulkas, membuat tangan serasa beku dan mati rasa. Kita cuci muka dengan air itu, dan mengambil
wudhu untuk sholat dzuhur dan menjamak sholat ashar.
Setelah sembahyang jumat &
dzuhur, semua kembali bergegas berangkat melanjutkan perjalanan menuju puncak.
Dengan semangat yang masih membara dari anak-anak, kita melangkah penuh semangat
agar cepat sampai target yang ingin di capai.
Rute
jalan semakin sulit, karna jalan yang kita lewati semakin menanjak, hanya
bermodalkan berpegangan pada pohon-pohon dan ranting-ranting, kita mendaki.
Perasaan lelah mudah terasa, karna medan yang memang cukup berat, terlebih membawa
tas besar dan air dari mata air terakhir yaitu di kandang badak tadi, untuk
bekal selama di puncak, karna di sana tidak terdapat mata air. Badan mulai
terasa pegal, karna menahan beban tas yang berat.
Istirahat
sesekali untuk menghilangkan pegal, kemudian melanjutkannya lagi. Karna ingin
cepat sampai, anak-anak terus berteriak, “Sebentar lagi, lima menit lagi kita
sampai.” Padahal itu semua masih jauh, tapi demi menjadi motivasi agar terus
mendaki. Pohon demi pohon kita pegang sebagai tumpuan.
Cuaca
yang tadinya cerah, perlahan mulain berkabut. Yang di khawatirkan anak-anak
adalah, hujan deras yang membuat rute menjadi licin, dan membuat udara menjadi
makin dingin. Hal yang tidak diinginkan pun terjadi, hujan turun dengan
derasnya, beruntung membawa jas hujan. Namun itu semua tidak cukup, karna tetap
saja terkena basah.
Tangan,
kaki, badan perlahan basah. Membuat sekujur badan terasa kaku dan menggigil,
tapi kita harus terus melangkah dengan keadaan basah kuyup. Sebagian dari kami,
harus berhenti karna tidak kuat dengan dinginnya udara, mereka mengigil
kedinginan, tapi mau tidak mau, harus terus berjalan, jangan sampai kita beku
kedinginan, karna bahaya, akhirnya karna hujan mulai reda dan melihat kondisi anak-anak
basah kuyup, semua memutuskan berhenti dan membuat tenda dengan jas hujan,
kemudian memasak air panas untuk menghilangkan rasa beku di tangan.
Setelah
kondisi badan mulai normal, kita mengganti pakaian basah dengan pakain yang
kering, demi menghindari resiko masuk angin atau menggigil lagi. Tapi tetap saja,
dingin tetap terasa, tapi tidak menyurutkan ambisi untuk menggapai puncak. Satu
persatu trek dan jalur sulit dilewati, jalur semakin licin, kita harus
berpegangan pada tangkai & akar-akar pohon. Jarak pandang yang terbatas
karna kabut, mengharuskan kita berhati-hati agar tidak jatuh ke jurang.
Cahaya
terang mulai terlihat, seperti ada semangat tambahan, bahwa yang saya lihat itu
adalah puncaknya. Langkah semakin bersemangat, namun harus tetap berhati-hati.
Alhamdulillah, saya, menjadi yang pertama sampai diatas bersama dwiki &
arfan. Rasa dingin semakin terasa, membuat semua harus bergegas mendirikan
tenda.
Tenda
semua sudah siap, posisi seluruh tubuh sudah kedinginan, kita harus istirahat
dan menghangatkan tubuh. Semua masuk kedalam tenda, berdempet-dempetan agar hangat.
Kita semua tertidur, hingga akhirnya saya terbangun, dan bertanya, “Pak
Ekaaaaaaa, ini jam berapa?” Pak eka, “ Jam 00:sekian, berarti jam berapa yah.”
Saya, “Wah buuset, masih tengah malem.” Tanpa saya sadar, mungkin sambil
ngelindur, pak Eka menawari saya roti, dan saya makan.
Akhirnya
semua pun tertidur kembali. Mata pun mulai terbuka, melihat sinar cahaya
matahari, yang menandakan bahwa pagi menjelang. Senyuman mulai merekah di raut
wajah, melihat sinar mentari. Semua bergegas lari keluar tenda ingin melihat
suasana diluar, alhamdulillah pagi yang cerah menyambut kami. Tepatnya pukul 5
pagi, semua keluar tenda menyaksikan matahari terbit, dan tak lupa menyiapkan
kamera untuk mengabadikan moment, kami mengambil bendera yang telah kami
siapkan untuk foto diatas puncak. Dan saya mengambil spidol, serta kain yang
ingin saya tulisankan sebuah kata, untuk orang-orang yang saya cintai. Yaitu
kedua orang tua saya, dan...
Semua
berfoto, semua terharu, tersenyum bahagia, melepaskan semua rasa penat, lelah,
capek, dingin, yang terbayarkan semua dengan keindahan pemandangan puncak
Gunung Gede di pagi hari yang didampingi matahari terbit yang begitu indah,
membayar lunas semua perjuangan yang kami lakukan selama mendaki. Semua
mengabadikan moment-moment tersebut di dalam jepretan foto.
Setelah
semua puas dengan berfoto-foto, alhamdulillah semua merasa puas, saya jujur,
sangat menikmati keindahan ciptaan Allah swt. Yang maha indah ini. Saya merasa
tidak ingin pulang, tapi mau gimana lagi, saya harus tetap pulang, karna ada
orang tua saya yang menunggu di rumah.
Semua
bergotong-royong merapihkan tenda, dan membereskapn semua perlengkapan, dan
berjalan turun menuruni rute kemarin.
Masih sama semua berjalan dengan menahan beban tas yang makin terasa disaat
berjalan turun. Tapi langkah demi langkah akhirnya menyampaikan kita sampai di
kaki gunung kembali.
Dengan
perasaan sukur, bisa turun kembali dengan selamat, semua langsung menghampiri
rumah makan yang ada di kaki gunung untuk mengisi perut yang lapar. Saya makan
mie, tadinya niat untuk menghemat uang, tapi karna tak tahan, saya memesan
kembali, nasi goreng dan bakwan. Saya makan dengan lahapnya.
Sampai
semuanya selesai dengan makanannya, kemudian kita semua memasukan barang ke
dalam bis, dan bersiap untuk perjalanan
pulang. Dengan badan yang sudah letih, kita mulai menaiki bis satu per satu.
Dan selama perjalanan, kita semua perlahan tertidur. Tanpa sadar, perjalanan
yang sebenarnya cukup jauh menjadi tidak terasa. Akhirnya kita semua sampai
kembali ke tempat kita berangkat, yaitu sekolah, pada sekitar pukul 2 malam.
Semua
orang tua siswa, menjeput mereka. Kecuali saya, karna saya rumahnya dekat. Saya
langsung pamit kepada pak Asep, dan berjalan pulang ke rumah menemui orang tua.
Alhamdulillah ini merupakan pengalaman terbesar saya, mendaki gunung.
Kedepannya, saya bermimpi, SMA nanti atau kuliah, saya ingin mendaki puncak
Semeru. Semoga impian saya tercapai, amin. Selesai~